General manajer HRD dibakar hingga tewas dalam kerusuhan yang dipicu soal kasta.
Otoritas di India akan mengenakan tuduhan pembunuhan atas 3.000 pekerja Maruti Suzuki India Ltd. menyusul kerusuhan yang menyebabkan satu orang dibakar hingga tewas dan setidaknya 70 manajer di pabrik itu terluka.
Serikat buruh di sana mengatakan kerusuhan itu meledak setelah seorang supervisor menghina satu karyawan terkait masalah kasta di pabrik Maruti di Manesar.
Pasal pembunuhan atau percobaan pembunuhan itu dikenakan karena para buruh sengaja melakukan kerusuhan yang mengakibatkan kematian, kata Maheswar Dayal, deputi komisaris polisi setempat, seperti dikutip Bloomberg Jumat (20/7) waktu setempat.
Polisi telah menangkap 99 pekerja dan mengerahkan 1.200 petugas untuk mengamankan lokasi, kata Dirjen Kepolisian Ranjiv Singh Dalal. Polisi juga menduduki pabrik yang mencakup 40 persen dari total kapasitas produksi Maruti, dan mulai menyelidiki kasus kerusuhan paling parah di perusahaan itu.
Aksi kekerasan itu dikhawatirkan akan memicu kembali konflik para pekerja di pabrik mobil India itu, yang tahun kemarin juga dilanda pemogokan selama 33 hari dan mengakibatkan penurunan laba.
"Menurutku mungkin dibutuhkan 8-10 hari untuk memulihkan operasi di Manesar," kata Umesh Karne, analis saham BRICS Securities Ltd. di Mumbai. "Yang menjadi keprihatinan dengan penutupan ini, mayoritas produksi mobil disel Maruti akan terpukul karena model disel Swift dan DZire dibuat di Manesar."
Saling Menyalahkan
Korban yang tewas diidentifikasi sebagai Awanish Kumar Dev, general manajer HRD di perusahaan itu. Suzuki, yang menguasai saham mayoritas di perusahaan, mengklaim tidak ada kerusakan fasilitas akibat kerusuhan itu.
"Ini aksi kekerasan yang gila," kata Dalal. "Pertikaian pekerja dan manajemen terjadi di mana-mana, namun kekerasan seperti ini tidak akan ditolerir."
Maruti dan serikat buruh saling menyalahkan atas insiden itu.
Menurut Maruti, pertikaian bermula pada 18 Juli setelah seorang pekerja memukuli supervisornya di lantai.
Serikat pekerja lalu mencegah dikeluarkannya sanksi disiplin dan memblokade para manajer sehingga mereka tak bisa pulang usai jam kerja, kata Maruti Suzuki.
Pekerja juga menyerang para manajer setelah pembicaraan yang dilakukan gagal menyelesaikan sengketa, dan mereka juga membakar benda-benda, merusak kantor dan fasilitas. Dua eksekutif perusahaan asal Jepang harus dibawa ke rumah sakit meskipun kondisi mereka tidak kritis, kata Ei Mochizuki, juru bicara Suzuki di Tokyo.
Kerusakan yang terjadi hanya di kantor, bukan fasilitas produksi, kata Mochizuki.
Insiden yang terjaid Kamis (19/7) dipicu oleh penghinaan yang dilakukan seorang supervisor terkait kasta karyawan yang lebih rendah, atau Dalit, kata presiden serikat buruh Maruti Suzuki, Ram Meher Singh, dalam surelnya. Perusahaan lalu menonaktifkan si pekerja, bukannya mengambil tindakan atas si supervisor, dalihnya.
Produksi di pabrik itu, yang membuat mobil compact Swift, terpaksa dihentikan, sedangkan produksi di pabrik yang lebih besar di Gurgaon berlanjut normal, katanya.
Pabrik di Manesar punya kapasitas 550.000 mobil per tahun, sekitar 40 persen dari total kapasitas Maruti sebesar 1,45 juta unit.
Otoritas di India akan mengenakan tuduhan pembunuhan atas 3.000 pekerja Maruti Suzuki India Ltd. menyusul kerusuhan yang menyebabkan satu orang dibakar hingga tewas dan setidaknya 70 manajer di pabrik itu terluka.
Serikat buruh di sana mengatakan kerusuhan itu meledak setelah seorang supervisor menghina satu karyawan terkait masalah kasta di pabrik Maruti di Manesar.
Pasal pembunuhan atau percobaan pembunuhan itu dikenakan karena para buruh sengaja melakukan kerusuhan yang mengakibatkan kematian, kata Maheswar Dayal, deputi komisaris polisi setempat, seperti dikutip Bloomberg Jumat (20/7) waktu setempat.
Polisi telah menangkap 99 pekerja dan mengerahkan 1.200 petugas untuk mengamankan lokasi, kata Dirjen Kepolisian Ranjiv Singh Dalal. Polisi juga menduduki pabrik yang mencakup 40 persen dari total kapasitas produksi Maruti, dan mulai menyelidiki kasus kerusuhan paling parah di perusahaan itu.
Aksi kekerasan itu dikhawatirkan akan memicu kembali konflik para pekerja di pabrik mobil India itu, yang tahun kemarin juga dilanda pemogokan selama 33 hari dan mengakibatkan penurunan laba.
"Menurutku mungkin dibutuhkan 8-10 hari untuk memulihkan operasi di Manesar," kata Umesh Karne, analis saham BRICS Securities Ltd. di Mumbai. "Yang menjadi keprihatinan dengan penutupan ini, mayoritas produksi mobil disel Maruti akan terpukul karena model disel Swift dan DZire dibuat di Manesar."
Saling Menyalahkan
Korban yang tewas diidentifikasi sebagai Awanish Kumar Dev, general manajer HRD di perusahaan itu. Suzuki, yang menguasai saham mayoritas di perusahaan, mengklaim tidak ada kerusakan fasilitas akibat kerusuhan itu.
"Ini aksi kekerasan yang gila," kata Dalal. "Pertikaian pekerja dan manajemen terjadi di mana-mana, namun kekerasan seperti ini tidak akan ditolerir."
Maruti dan serikat buruh saling menyalahkan atas insiden itu.
Menurut Maruti, pertikaian bermula pada 18 Juli setelah seorang pekerja memukuli supervisornya di lantai.
Serikat pekerja lalu mencegah dikeluarkannya sanksi disiplin dan memblokade para manajer sehingga mereka tak bisa pulang usai jam kerja, kata Maruti Suzuki.
Pekerja juga menyerang para manajer setelah pembicaraan yang dilakukan gagal menyelesaikan sengketa, dan mereka juga membakar benda-benda, merusak kantor dan fasilitas. Dua eksekutif perusahaan asal Jepang harus dibawa ke rumah sakit meskipun kondisi mereka tidak kritis, kata Ei Mochizuki, juru bicara Suzuki di Tokyo.
Kerusakan yang terjadi hanya di kantor, bukan fasilitas produksi, kata Mochizuki.
Insiden yang terjaid Kamis (19/7) dipicu oleh penghinaan yang dilakukan seorang supervisor terkait kasta karyawan yang lebih rendah, atau Dalit, kata presiden serikat buruh Maruti Suzuki, Ram Meher Singh, dalam surelnya. Perusahaan lalu menonaktifkan si pekerja, bukannya mengambil tindakan atas si supervisor, dalihnya.
Produksi di pabrik itu, yang membuat mobil compact Swift, terpaksa dihentikan, sedangkan produksi di pabrik yang lebih besar di Gurgaon berlanjut normal, katanya.
Pabrik di Manesar punya kapasitas 550.000 mobil per tahun, sekitar 40 persen dari total kapasitas Maruti sebesar 1,45 juta unit.
0 komentar